SELAMAT DATANG | About Us | Contact | Register | Sign In

Beberapa Teknik Dasar Seo Blog Untuk Pemula

Bagi pemula, mungkin perlu basic atau dasar untuk mempelajari SEO. Belajar SEO ( Search engine optimization ) untuk blogger pemula memang harus dibedakan dengan pembelajaran SEO tingkat lanjut.

Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Biografi Teoritisi Hans Georg Gadamer

Literatur pembahasan khusus Biografi Hans Georg Gadamer dalam bentuk buku mapun jurnal belum dapat ditemukan di Indonesia, kalaupun ada hanya sebagai pengantar dalam menelusuri pokok- pokok pikirannya. Misalnya, Agus Darmaji alumni Program Studi Filsafat Universitas Indonesia lulusan tahun 1999 mengangkat judul tesis Pergeseran Hermeneutik Ontologis Melalui Bahasa dalam Pemikiran Hans Georg Gadamer. Dalam tesisnya itu, tidak ada satu sub pembahasan pun yang membahas biografi Gadamer.

Melalui tulisan ini, penulis menyadari untuk menguraikan biografi Gadamer hanya sedikit dibantu oleh beberapa situs yang membahas biografi singkat Gadamer, yaitu situs wikipedia (situs ini dipercaya sebagai situs yang cukup lengkap dan akurat membahas biografi dan pkok- pokok pemikiran ilmuwan dunia mapun regional).

Berikut penjelasn wikipedia tentang biografi Hans Georg Gadamer. Gadamer adalah seorang filsuf yang lahir di Marburg pada tahun 1900 dan mendapatkan pendidikan filsafat di kota kelahirannya.

Gadamer memperoleh gelar doktor filsafat pada tahun 1929 dan dikukuhkan menjadi profesor di Marburg tahun 1937 hingga masa akhir karirnya sebagai tenaga pengajar di Heidelbeg. Ketika negaranya baru mengalami disintergrasi, seperti dikatakannya, bahwa pemikirannya berupa mencari sesuatu orientasi.
Karya-karya asli monumentalnya adalah Wahrheit und Methode, Philosophie und Hermeneutik, Klien Schriften, Die Idea des Quten Zwischen Plato und Aristiteles, dan lain-lain.

Sebagai anak seorang kimiawanfarmasi yang belakangan juga menjadi rektor universitas di sana. Gadamer melawan desakan ayah nya agar mempelajari ilmu-ilmu alam dan makin lama makin tertarik akan humaniora. Ia bertumbuh dan belajar di Breslaudi bawah Hönigswald, namun tak lama kemudian kembali ke Marburg untuk belajar dengan para filsuf Neo-Kantian Paul Natorpdan Nicolai Hartmann. Ia mempertahankan disertasinyapada 1922.

Tak lama kemudian, Gadamer mengunjungi Freiburgdan mulai belajar dengan Martin Heidegger, yang saat itu merupakan seorang sarjana muda yang menjanjikan namun belum memperoleh gelar profesor. Ia kemudian menjadi salah satu dari kelompok mahasiswa seperti Leo Strauss, Karl Löwith, dan Hannah Arendt. Ia dan Heidegger menjadi akrab, dan ketika Heidegger mendapatkan posisi di Marburg, Gadamer mengikutinya di sana. Pengaruh Heideggerlah yang memberikan Gadamer pikiran bentuknya yang khas dan menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh neo-Kantian sebelumnya dari Natorp dan Hartmann.

Gadamer menyusun habilitasinya pada 1929 dan menghabiskan masa-masa awal 1930-an untuk memberikan kuliah di Marburg. Berbeda dengan Heidegger, Gadamer sangat anti- Nazi, meskipun ia tidak aktif secara politik pada masa Reich Ketiga. Ia tidak memperoleh jabatan yang dibayar pada masa Nazi dan tidak pernah bergabung dengan partai itu.

Hanya menjelang akhir Perang Dunia ia menerima pengangkatan di Leipzig. Pada 1946, ia terbukti tidak tercemari oleh Naziisme oleh pasukan pendudukan Amerika dan diangkat menjadi rektor universitas. Jerman Timur yang komunis pun tidak disukai Gadamer, dibandingkan dengan Reich Ketiga, dan karena itu ia pindah ke Jerman Barat, pertama-tama menerima posisi di Frankfurt am Maindan kemudian menggantikan Karl Jaspersdi Heidelbergpada 1949. Ia tetap dalam posisi ini, sebagai emeritus, hingga kematiannya pada 2002.

Pada saat itulah ia menyelesaikan adi karyanya Truth and Method ("Kebenaran dan Metode") (1960) dan terlibat dalam perdebatannya yang terkenal dengan Jürgen Habermasmegnenai kemungkinan dalam mentransendensikan sejarah dan kebudayaan guna menemukan posisi yang benar-benar obyektif yang daripadanya orang dapat mengkritik masyarakat. Perdebatan ini tidak menemukan kesimpulannya, tetapi merupakan awal dari hubungan yang hangat antara kedua orang ini. Gadamerlah yang pertama-tama membuka jalan bagi Habermas untuk mendapatkan gelar profesornya di Heidelberg.

Upaya yang lain untuk melibatkan Jacques Derridaternyata kurang memberikan hasil karena kedua pemikir tidak banyak memiliki kesamaan. Setelah kematian Gadamer, Derrida menyebut kegagalan mereka untuk menemukan titik temu sebagai salah satu kegagalan terburuk dalam hidupnya dan mengungkapkan, dalam obituari utama untuk Gadamer, rasa hormatnya yang besar baik secara pribadi maupun filosofis.

Demikianlah biografi singkat Hans Georg Gadamer . Sekilas kita menyimak, Gadamer bukanlah orang pertama yang melahirkan konsep hermeneutika, namun jauh darinya. Hermeneutika telah muncul sejak zaman yunani kono (zaman Socrates, Plato, Aristoteles). Kemudian dikembangkan oleh generasi ilmuwan yang cakrawala pemikiranya tidak diragukan, misalnya Hegel, Karl Marx, Derrida, Immanual Kant, dan hingga pada pemikiran kontemporer seperti Heidegger dan Gadamer yang akan kita ulas pokok hermeneutikanya. Wasalam (www.irwanteasosial.com).****

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Juni 19, 2015

Sosiologi dalam sudut pandang Max Weber

Max Weber lahir di Jerman pada tahun 1864. Ia belajar ilmu hukum di Universitas Berlin dan Universitas Heidelberg dan pada tahun 1889 menulis disertasi berjudul “a Contribution to the History of Medieval Bussines Organizations”. Setelah menyelelaikan studinya ia mengawali karirnya sebagai dosen ilmu hokum –mula-mula di Universitas Berlin, kemudian di Universitas Freiburg, dan setelah itu di Universitas Heidelberg.

Menjelang akhir masa hidupnya Weber mengajar di Universitas Wina dan Universitas Munich. Selain mengajar ia pun berperan sebagai konsultan dan peneliti, dn semasa Perang dunia I mengabdi di angkatan bersenjata Jerman.

Weber merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif dan menulis sejumlah buku dan makalah. Salah satu bukunya yang terkenal ialah “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” pada tahun 1904. Dalam buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber muncul dan
berkembanganya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan.

Argumen Weber adalah sebagai berikut: “ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur –sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras”.

Karena umat Kalvinis bekerja keras, antara lain dengan harapan bahwa kemakmuran merupakan tanda baik yang mereka harapkan dapat menuntun merka ke arah Surga, maka mereka pun menjadi makmur. Namun keuntungan yang mereka peroleh melalui kerja keras ini tidak dapat digunakan untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Kalvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.

 Sebagai akibat yang tidak direncanakan dari perangkat ajaran Kalvinisme ini, maka para penganut agama ini menjadi semakin makmur karena keuntungan yang mereka peroleh dari hasil usaha tidak dikonsumsikan melainkan ditanamkam kembali dalam usaha mereka. Melalui cara inilah, menurut Weber, kapitalisme di Eropa Barat bekembang.

Sumbangan Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajianya mengenai konsep-konsep dasar dalam sosiologi. Dalam uraian ini weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosisl. Ini tampak dari definisi berikut ini:

Sociology… is a science which attempts the interpre tive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88)
Arti penting tulisan ini ialah bahwa dikemudian hari tulisan ini menjadi acuan bagi dikembangkanya teori sosiologi yang membahas interaksi sosial. Namun yang perlu juga dikemukakan di sini ialah bahwa pendekatan sosiologi yang diusulkan Weber dalam tulisan ini ternyata tidak menjadi tuntunan baginya untuk melihat masyarakat.

Tulisan-tulisan Weber yang lain –seperti bukunya mengenai Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, mengenai soiologi agama, Mengenai Agama Yahudi, Mengenai Agama India.Mengenai Agama China dan sebagainya tidak difokuskan pada interaksi sosial, melainkan pada masalah-masalah berskala besar dan berjangka panjang yang menyangkut masyarakat serta hubungan antar kelompok dan antar kelas yang terjadi di dalamnya.

Dari uraian singkat ini nampak bahwa salah satu sumbangan penting Weber bagi sosiologi disamping sumbangan pemikiranya berupa usaha menjelaskan proses perubahan jangka panjang yang melanda Eropa Barat- ialah usahanya untuk mendefinisikan dan menjabarkan pokok bahasan sosiologi. Wasalam (www.irwanteasosial.com)..****

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Juni 19, 2015

Teori Evolusi Keluarga J.J. Bachoven

J.J. Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak mempelajari etnografi berbangsa bangsa (Yunani, Romawi, Indian, termasuk juga Asia Afrika). Karya monumentalnya ditulis dengan judul Das Mutterrecht atau ”Hukum Ibu” (1967).

Inti dari teori Evolusi Keluarga dari Bachoven tersebut bahwa ”Seluruh keluarga di seluruh dunia mengalami perkembangan melalaui empat tahap (Koentjaraningrat, 1987: 38-39)., yakni:




1. Tahap Promiskuitas; di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, yang mana laki-laki dan perempuan berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Kelompok-kelompok keluarga inti belum ada pada waktu itu. Keaadaan tersebut merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia.

2. Lambat-laun manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat. Oleh karena itu pada masa ini anak-anak mulai mengenal ibunya belum mengenal ayahnya. Di sinilah peran ibu merangkap sebagai sebagai kepala keluarga atau rumah tangga.

Pada masa ini pula hubungan/perkawinan antara ibu dengan anak dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Pada sistem masyarakat yang makin luas demikian dinamakan sistem matriarchate, di mana garis keturunan ibu sebagai satu-satunya ynng diperhitungkan.

3. Tingkat berikutnya adalah sistem patriarchate, di mana ayah menjadi kepala keluarga. Perubahan dari matriarchate ke partrirchate tersebut setelah kaum pria tidak puas dengan keadaan sosial yang mengedepankan peranan perempuan (ibu). Ia kemudian mengambil calon-calon istri dari kelompok yang bebeda untuk dibawa ke kelompoknya sendiri.

Dengan demikian keturunan yang mereka dapatkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.Kejadian itulah yang secara lambat laun mengubah tradisi matrarchate ke patriarchate.

4. Pada tingkat yang terakhir, di mana terjadi perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (exogami) tetapi bisa juga dari dalam kelompok yang sama (endogami), memungkinkan anak-anak-anak secara langsung mengenal dan banyak berhubungan dengan ibu dan ayahnya. Hal ini lambat laun sistem patriarchate mengalami perubahan / hilang menjadi suatu bentuk keluarga yan dinamakan ”parental”. Wasalam (www.irwanteasosial.com).****


Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Sabtu, Juni 06, 2015
jurnalisme warga

 
Romeltea Media