SELAMAT DATANG | About Us | Contact | Register | Sign In

Generalisasi-generalisasi Antropologi

1. Kebudayaan
Dalam mengapresiasi budaya bangsa, setiap kebudayaan di samping memiliki kelemahan- kelemahan, kebudayaan itu juga memiliki keunggulan-keunggulan. Oleh karena itu tidak akan suatu bentuk kebudayaan yang sempurna.

2. Evolusi
Evolusi tidak terbatas pada bidang biologi saja, melainkan meluas pada bidang sosial dan kebudayaan.

Dalam bidang sosial kita mengenal evolusi univesal dari Herbert Spencer, dalam bidang keluarga dikenal evolusi keluarga J.J. Bachhoven, dalam bidang agama dan kepercayaan, dikenal evolusi animisme, religi dan magic dari E.B. Taylor dan J.G. Frazer, dalam bidang kebudayaan dikenal evolusi kebudayaan dari E.B. Taylor dan L.H. Morgan, serta dalam sosiokultural dikenal evolusi sosiokultural dari Sahlins & Harris. (Sanderson, 1995: 63).

3. Culture Area
Pertumbuhan kebudayaan menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang akan mendesak unsur-unsur budaya lama ke arah pinggir sekeliling daerah pusat pertumbuhan budaya itu. Oleh karena itu jika hendak mencari atau meneliti unsur-unsur budaya kuno, maka tempat untuk mendapatkannya adalah di daerah-daerah pinggiran (Koentjaraningrat, 1987: 128).

4. Enkulturasi
Pada hakikatnya proses enkulturasi (proses mempelajari kebudayaan) seseorang terhadap budaya orang lain itu diperlukan, guna menumbuhkembangkan sikap toleransi dan harga- menghargai kebudayaan yang beragam dalam suatu pendidikan multikultural maupun pendidikan global.

5. Difusi
Bisa saja orang beranggapan bahwa dengan meluasnya unsur-unsur budaya megalith Mesir kuno, yang berada di kawasan Afrika, L.Tengah, Mesopotamia, India, Indonesia, Polinesia, sampai ke Amerika. Kemudian berkesimupalan bahwa telah terjadi proses difusi budaya heliolithic (Koentjaraningrat, 1987: 120).

6. Akulturasi
Dalam proses akulturasi biasanya budaya overt atau lahiriah jauh lebih mudah berkembang dibanding budaya covert atau tersembunyi (Linton, 1940: 458). .

7. Etnosentrisme
Pada setiap bangsa pada hakikatnya memiliki etnosentrisme atau penilaian baik terhadap sikap-sikap dan pola kebudayaannya kelompok sendiri, hanya intensitasnyalah yang berbeda- beda, ada yang hanya sedikit dan ada pula yang sangat etnosentris.. Suatu bangsa semakin tinggi etnosentrisme-nya, akan semakin memperbanyak saingan dan lawan dalam kehidupan di dunia internasioal.

8. Tradisi
Bagi pendukung antropologi aliran fungsionalisme, maka tradisi itu pada hakikatnya adalah aktivitas kebudayaan yang bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

9. Ras dan Etnik
Ras merupakan suatu konsep biologi yang valid. Ia tidak sekedar menggambarkan morfologinya yakni struktur fisik yang bisa diamati, melainkan juga komposisi genetic sub- sub bagian sepsis itu, seperti gen untuk golongan darah dan untuk protein-protein spesifik.

Sedangkan konsep etnis lebih merujuk kesatuan-kesatuan sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan, yang mempunyai arti/kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan kapabilitas tiap ras dan etnis, tidak ada di dunia ini yang menjadi ras dan etnis yang superior atau inferior,

10 Stereotip
Berkembangnya prasangka dan stereotip antar etnik yang terjadi di Indonesia, merupakan salah satu faktor penyebab hambatan dalam mewujudkan multikulturalisme bangsa Indonesia, yang pada gilirannya akan memperlemah rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

11. Kekerabatan
Ikatan ibu dan anak bisa diamati da dinilai secara universal, tetapi peran ayah maupun ibu dalam masyarakat tradisional sangatlah bervariasi. Oleh karena itu sistem kekerabatan pada masyaraakat tradisional tidak bisa digeneralisir secara universal.

Namun demikian harus diakui bahwa gagasan yang hampir sama mengenai perkawinan yang menghindari tabu inses, keturunan yang memiliki hubungan darah, dapat diteliti pada masyarakat-masyarakat tradisional bahkan modern sekalipun.

12. Magis
Magis memang kejam, jahat, dan mudah disalahgunakan oleh pihak-pihak berkepentingan, tetapi perkembangan magis yang pernah mengalami masa-masa jayanya pada masa kehidupan primitif pada setiap masyarakat, tidak bisa dipandang sebagai masa lampau yang ”hitam” dan penghalang segi-segi keagamaan. Sebab masa primitif juga merupakan bagian penggambaran tahapan perkembangan umat manusia secara keseluruhan (Pals, 2001: 61).

13. Tabu
Pada setiap tatanan masyarakat tradisinal, tabu selalu ada. Dalam pandangan kaum funsionalis, tabu juga memiliki nilai-nilai kegunaan yang perlu dijaga oleh masyarakatnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya (Koentjaraningrat, 1987: 171)

14. Perkawinan
Pada semua masyarakat, untuk mengatur proses pemilihan pasangan dan perkawinan, memiliki norma atau peraturan yang begitu kompleks.

Upacara perkawinan merupakan suatu ritual perpindahan bagi setiap pasangan, seorang pemuda dan pemudi dewasa secara ritual memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak dan kewajiban baru. Ia juga menandakan adanya persetujuann masyarakat atas ikatan itu (Goode. 2002: 64).Wasalam (www.irwanteasosial.com).****

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Sabtu, Juni 06, 2015
Print Friendly and PDF
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*
« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 comments:

Posting Komentar

You comment, I'll visit back your blog. If you have one :)

jurnalisme warga

 
Romeltea Media