SELAMAT DATANG | About Us | Contact | Register | Sign In

Hati-Hati Wartawan Bodrex!

Istilah wartawan Bodrex sejak dulu sudah sangat populer di masyarakat. Mereka merupakan wartawan gadungan yang tugasnya tak hanya menulis berita, namun juga memeras narasumber. Lantas, darimana istilah Bodrex itu muncul?

Salah seorang wartawan senior di Kota Bandung, Chevy Ganda (59) mengatakan, istilah wartawan Bodrex muncul sekitar tahun 1980-an. Mereka rata-rata tidak memiliki surat kabar alias wartawan tanpa surat kabar (WTS), atau terbitnya tak jelas. Disebut Bodrex lantaran selalu beramai-ramai jika mendatangi narasumber.
Dulu kan ada iklan obat sakit kepala Bodrex. Di iklan itu ada yang namanya pasukan Bodrex. Kerjanya beramai-ramai. Di iklan itu kan ada slogan Bodrex datang Bodrex menyerang. Nah, kerja mereka seperti itu, datang dan menyerang narasumber.
Wartawan bodrex adalah wartawan palsu yang tidak memiliki surat kabar dan tidak bekerja untuk media manapun. Beberapa orang mencap wartawan bodrex sebagai wartawan yang sering memaksa narasumber untuk memberi uang atau proyek tertentu.

Wartawan bodrek alias wartawan tanpa surat kabar (WTS) sering berulah di mana-mana. Kehadiran mereka, ibarat (maaf) kentut, sulit dilihat tapi tercium baunya.

Mengapa ada wartawan bodrex? Sebuah kisah di forum Kompasiana.com menyebutkan bahwa wartawan bodrex sebenarnya adalah pengangguran yang berkedok wartawan. Dalam kisah tersebut, diceritakan bahwa dua orang yang mengaku sebagai wartawan (bodrex) berbinar-binar saat menerima uang 50ribu rupiah.
Dilansir dari antaranews.com, bodrex dapat dijerat dengan pasal 228 KUHP karena bekerja tidak sesuai kapasitas. Pasal 228 KUHP berbunyi, “Barang siapa dengan sengaja memakai tanda kepangkatan atau melakukan perbuatan yang termasuk jabatan yang tidak dijabatnya atau yang ia sementara dihentikan dari padanya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah? Seriously? Pantas saja banyak yang mau jadi bodrex.
 ciri-ciri wartawan awu-awu alias bodrek (dosisnya mungkin lebih bahaya daripada Bodrex). Berikut ciri-ciri wartawan bodrek berdasar penjelasan Dedi:

  •  Menghubungi narasumber lebih dulu sebelum datang.
  •  Menyampaikan materi wawancara yang akan dilakukan.
  •  Datang sesuai waktu yang disepakati.
  • Tidak membawa contoh cetakan media (karena banyak dijual di masyarakat).
  •  Selesai wawancara, tak meminta dan tak mau diberi uang
  • Setelah dimuat, tidak datang lagi untuk meminta imbalan.
Untuk itu, Dedi juga memberikan tip untuk mengantisipasi wartawan bodrek. Berikut beberapa tipnya.
  •  Biasakan menerima tamu yang sudah berjanji datang, kecuali teman-teman dari dinas (walau, biasanya mereka datang juga dengan perjanjian).
  • Buat prosedur penerimaan tamu dengan membuat buku tamu. Minta tamu menulis data lengkapnya. Khusus wartawan atau yang tak Anda minati, fotokopi dulu KTP-nya.
  • Tugaskan satu atau dua staf Anda utk menerima tamu yg tak hendak anda temui. Lama-kelamaan dia akan punya cara hadapi para ”pengganggu.”
  • Jangan pernah memberi uang. Sebab, sekali diberi, dia akan kabarkan kepada teman-tamannya dan datang ke tempat Anda. Termasuk, yang bersangkutan akan datang lagi.
Wartawan Bodrex biasanya ketika ada acara-acara dihotel yang diselenggarakan pemerintah baik provinsi maupun kota, kabupaten bisanya mereka (watrawan bodrex) nongkrong disana. Uniknya wartawan bodrex ini berkelompok membentuk sebuah geng dengan peralatan layaknya wartawan. Kamera, perekam menjadi andalan layaknya wartwan sebenaarnya. Wasalam (www.irwanteasosial.com)..***

Referensi

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Minggu, Juli 05, 2015
Print Friendly and PDF
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*
« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

2 comments:

  1. terima kasih sudah mencantumkan blog saya sebagai referensi :D salam kenal, ya!

    BalasHapus

You comment, I'll visit back your blog. If you have one :)

jurnalisme warga

 
Romeltea Media