SELAMAT DATANG | About Us | Contact | Register | Sign In

Beberapa Teknik Dasar Seo Blog Untuk Pemula

Bagi pemula, mungkin perlu basic atau dasar untuk mempelajari SEO. Belajar SEO ( Search engine optimization ) untuk blogger pemula memang harus dibedakan dengan pembelajaran SEO tingkat lanjut.

Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Prof. Dr. Selo Soemardjan: Bapak Sosiologi Indonesia

Kalau Anda mengaku mahasiswa sosiologi pasti sudah tahu Prof. Dr. Selo Soemardjan, ya beliau adalah salah satu tokoh sosiologi atau bapak sosiologi Indonesia. Nama Lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan adalah tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia.

Beliau Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini dan sekaligus dekan pertama Fakulitas Pengetahuan Kemasyarakatan kini (Fisip-UI).

Selo Soemardjan ini adalah sosok yang sangat disiplin selalu memberi sifat teladan yang nyata. Berkat beliau masyarakat mendapatkan bekal ilmu penegetahuan.

Prof. Dr. Selo Soemardjan Selain sosok yang disiplin dia juga seorang sosok berintegritas, yang komitmen sosial yang tinggi dan sulit untuk diam. Tidak suka memerintah ia juga memeberikan tauladan kepada orang disekitarnya.

Selama hidupnya Selo Soemardjan  pernah berkarier

  • sebagai pegawai kesultanan/Pemerintahan Daerah Yogyakarta,
  • Kepala Staf Sipil Gubernur Jakarta Raya, 
  • Kepala Sekertaris Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri ,
  • Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), 
  • Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) 
  • dan staf ahli Presiden HM Soeharto, 
  • Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan,

Nama Selo di peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Saat menjadi camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai bapak sosiologi. (Wikipedia).

Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959-- sesuai meraih gelar doktornya di Cornrll University, AS. Ia kemudian tetap melanjutkan mengajar sosiologi di Universitas Indonesia. Sebagai Ilmuan Selo memiliki beberapa karya tulisan yang sudah dipublikasikan diantaranya Social "Changes In Yogyakarta" dan "Gerakan 10 Mei 1963" di Sukabumi. Penelitian terakhir berjudul "Desentralisasi pemerintahan". Wasalam (www.irwantea.com)

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Selasa, Oktober 27, 2015

Tokoh Sosiologi Emile Durkheim

Durkheim dilahirkan di Épinal, Perancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Perancis yang saleh ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi.



Namun, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École Normale Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Perancis.

Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu.

Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation – syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882.

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Perancis dalam Perang Perancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Perancis yang memudar di daratan Eropa.

Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis).

Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux.

Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Perancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi.

Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis – ia mengusahakan bentuk kehidupan Perancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya.

Sementara Durkheim giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Perancis yang kini berkembang.

Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Perancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.

Teori dan gagasan

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya pada masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial.

Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu.

 Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam Masyarakat” (1893), Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern.

Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.

Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama.

Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.

Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.

Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam "Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik, dan menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah.

Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat.

Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.

Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim)

Tentang pendidikan

Durkheim juga sangat tertarik akan pendidikan. Hal ini sebagian karena ia secara profesional dipekerjakan untuk melatih guru, dan ia menggunakan kemampuannya untuk menciptakan kurikulum untuk mengembangkan tujuan-tujuannya untuk membuat sosiologi diajarkan seluas mungkin.

Lebih luas lagi, Durkheim juga tertarik pada bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk memberikan kepada warga Prancis semacam latar belakang sekular bersama yang dibutuhkan untuk mencegah anomi (keadaan tanpa hukum) dalam masyarakat modern. Dengan tujuan inilah ia mengusulkan pembentukan kelompok-kelompok profesional yang berfungsi sebagai sumber solidaritas bagi orang-orang dewasa.

Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:

1) Memperkuat solidaritas sosial

Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.
Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.

2) Mempertahankan peranan sosial

Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.

3) Mempertahankan pembagian kerja.

Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.


Referensi
Durkheim, The Division of Labor in Society, (1893) The Free Press reprint 1997, ISBN 0-684-83638-6
Durkheim, Rules of Sociological Method, (1895) The Free Press 1982, ISBN 0-02-907940-3
Durkheim, Suicide, (1897), The Free Press reprint 1997, ISBN 0-684-83632-7
Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life, (1912, English translation by Joseph Swain: 1915) The Free Press, 1965. ISBN 0-02-908010-X, new translation by Karen E. Fields 1995, ISBN 0-02-907937-3
Durkheim, Professional Ethics and Civic Morals, (1955) English translation by Cornelia Brookfield 1992, ISBN 0-415-06225-X
Steven Lukes: Emile Durkheim: His Life and Work, a Historical and Critical Study. Stanford University Press, 1985.
https://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Oktober 23, 2015

Tokoh Sosiologi: Biografi Singkat Karl Max

Biografi Singkat Karl MaxKarl Heinrich Marx, lahir di Trier – Jerman, 05 Mei 1818 dan meninggal di London, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun. Ia lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo.

Karl Marx berasal dari keluarga progresif Yahudi. Keluarganya merupakan keluarga  borjuis dan berpendidikan.

 Ayahnya bernama Herschel, seorang ahli hukum dan keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, yaitu Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich


Karl Marx menjalani sekolah di rumah sampai Ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835.

Pada usianya yang ke – 17, dimana Ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan Ia mendapat nilai yang buruk. Ia tertarik untuk belajar kesastraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena Ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana.

Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich Wilhelms Universität di Berlin. Pada saat itu, Ia lebih berminat ke ilmu filsafat. Ia begitu terkesima dengan filsafat seorang filusuf yang bernama Georg Wilhelm Friedrich Hegel, dimana ketika itu arus besar pengikut pandangan Hegel begitu meluas

Karl Max merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun Ia juga seorang filsuf, sosiolog, politikus dan seorang revolusionir dengan berbagai ide – idenya yang menginspirasi pemikir – pemikir lainnya.
Ia termasuk dalam kategoris aliran klasik, selain August Comte, Durkheim, Weber, Simmel, Spencer,

Pemikiran Marx  dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis seperti St. Simon, Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqui.

Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (Pemikir teori ekonom klasik). Analisanya tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat jika,”Sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik – konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.”.

 Karya-karya Karl Max  Economic and Philosophical Manuscript, The German Ideology, The Class Strrunggles in France and the Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, The Communist Manifesto, Das Capital.

Marx mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat; tingkah laku, perubahan social, konflik dan kelas sosialnya. Karl Marx memunculkan teori-teori dalam sosiologi, yaitu, konflik dan kelas sosial, perubahan sosial, alienasi.

Marx menggunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan terwujud keadilan sosial. Perubahan sosial bagi Marx berjalan dialektis. Pertentangan, kontradiksi antar kelas akhir mencari kesimbangan. Tahapan sejarah masyarakat bagi Marx adalah sebagai berikut; feodalisme, kapitalisme dan sosialisme/komunisme.

Alienasi bagi Marx terjadi disaat manusia itu sebagai pekerja itu terasing dan dikuasai oleh hasil kerjanya, produksinya. Manusia diasingkan dari produk hasil kerjaannya, terasing dari kegiatan produksi, terasing dari sifat sosialnya, terasing dari rekan-rekannya atau masyarakatnya.

Marx biasanya mengartikan kelas digunakan untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi.

Ada dua macam kelas yang dikemukakan Marx ketika menganalisa kapitalisme;

1. kelas borjuis dan
2. kelas proletar.

Marx merupakan tokoh pengkritik system kapitalis paling awal dan paling sengit. Sosiologi humanis dan sosiologi kritis banyak mengambil teori alienasi Karl Marx. Dia menolak kapitalisme karena menyebabkan pengangguran, kosentrasi modal satu golongan, dan bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Selasa, September 01, 2015

Biografi Teoritisi Hans Georg Gadamer

Literatur pembahasan khusus Biografi Hans Georg Gadamer dalam bentuk buku mapun jurnal belum dapat ditemukan di Indonesia, kalaupun ada hanya sebagai pengantar dalam menelusuri pokok- pokok pikirannya. Misalnya, Agus Darmaji alumni Program Studi Filsafat Universitas Indonesia lulusan tahun 1999 mengangkat judul tesis Pergeseran Hermeneutik Ontologis Melalui Bahasa dalam Pemikiran Hans Georg Gadamer. Dalam tesisnya itu, tidak ada satu sub pembahasan pun yang membahas biografi Gadamer.

Melalui tulisan ini, penulis menyadari untuk menguraikan biografi Gadamer hanya sedikit dibantu oleh beberapa situs yang membahas biografi singkat Gadamer, yaitu situs wikipedia (situs ini dipercaya sebagai situs yang cukup lengkap dan akurat membahas biografi dan pkok- pokok pemikiran ilmuwan dunia mapun regional).

Berikut penjelasn wikipedia tentang biografi Hans Georg Gadamer. Gadamer adalah seorang filsuf yang lahir di Marburg pada tahun 1900 dan mendapatkan pendidikan filsafat di kota kelahirannya.

Gadamer memperoleh gelar doktor filsafat pada tahun 1929 dan dikukuhkan menjadi profesor di Marburg tahun 1937 hingga masa akhir karirnya sebagai tenaga pengajar di Heidelbeg. Ketika negaranya baru mengalami disintergrasi, seperti dikatakannya, bahwa pemikirannya berupa mencari sesuatu orientasi.
Karya-karya asli monumentalnya adalah Wahrheit und Methode, Philosophie und Hermeneutik, Klien Schriften, Die Idea des Quten Zwischen Plato und Aristiteles, dan lain-lain.

Sebagai anak seorang kimiawanfarmasi yang belakangan juga menjadi rektor universitas di sana. Gadamer melawan desakan ayah nya agar mempelajari ilmu-ilmu alam dan makin lama makin tertarik akan humaniora. Ia bertumbuh dan belajar di Breslaudi bawah Hönigswald, namun tak lama kemudian kembali ke Marburg untuk belajar dengan para filsuf Neo-Kantian Paul Natorpdan Nicolai Hartmann. Ia mempertahankan disertasinyapada 1922.

Tak lama kemudian, Gadamer mengunjungi Freiburgdan mulai belajar dengan Martin Heidegger, yang saat itu merupakan seorang sarjana muda yang menjanjikan namun belum memperoleh gelar profesor. Ia kemudian menjadi salah satu dari kelompok mahasiswa seperti Leo Strauss, Karl Löwith, dan Hannah Arendt. Ia dan Heidegger menjadi akrab, dan ketika Heidegger mendapatkan posisi di Marburg, Gadamer mengikutinya di sana. Pengaruh Heideggerlah yang memberikan Gadamer pikiran bentuknya yang khas dan menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh neo-Kantian sebelumnya dari Natorp dan Hartmann.

Gadamer menyusun habilitasinya pada 1929 dan menghabiskan masa-masa awal 1930-an untuk memberikan kuliah di Marburg. Berbeda dengan Heidegger, Gadamer sangat anti- Nazi, meskipun ia tidak aktif secara politik pada masa Reich Ketiga. Ia tidak memperoleh jabatan yang dibayar pada masa Nazi dan tidak pernah bergabung dengan partai itu.

Hanya menjelang akhir Perang Dunia ia menerima pengangkatan di Leipzig. Pada 1946, ia terbukti tidak tercemari oleh Naziisme oleh pasukan pendudukan Amerika dan diangkat menjadi rektor universitas. Jerman Timur yang komunis pun tidak disukai Gadamer, dibandingkan dengan Reich Ketiga, dan karena itu ia pindah ke Jerman Barat, pertama-tama menerima posisi di Frankfurt am Maindan kemudian menggantikan Karl Jaspersdi Heidelbergpada 1949. Ia tetap dalam posisi ini, sebagai emeritus, hingga kematiannya pada 2002.

Pada saat itulah ia menyelesaikan adi karyanya Truth and Method ("Kebenaran dan Metode") (1960) dan terlibat dalam perdebatannya yang terkenal dengan Jürgen Habermasmegnenai kemungkinan dalam mentransendensikan sejarah dan kebudayaan guna menemukan posisi yang benar-benar obyektif yang daripadanya orang dapat mengkritik masyarakat. Perdebatan ini tidak menemukan kesimpulannya, tetapi merupakan awal dari hubungan yang hangat antara kedua orang ini. Gadamerlah yang pertama-tama membuka jalan bagi Habermas untuk mendapatkan gelar profesornya di Heidelberg.

Upaya yang lain untuk melibatkan Jacques Derridaternyata kurang memberikan hasil karena kedua pemikir tidak banyak memiliki kesamaan. Setelah kematian Gadamer, Derrida menyebut kegagalan mereka untuk menemukan titik temu sebagai salah satu kegagalan terburuk dalam hidupnya dan mengungkapkan, dalam obituari utama untuk Gadamer, rasa hormatnya yang besar baik secara pribadi maupun filosofis.

Demikianlah biografi singkat Hans Georg Gadamer . Sekilas kita menyimak, Gadamer bukanlah orang pertama yang melahirkan konsep hermeneutika, namun jauh darinya. Hermeneutika telah muncul sejak zaman yunani kono (zaman Socrates, Plato, Aristoteles). Kemudian dikembangkan oleh generasi ilmuwan yang cakrawala pemikiranya tidak diragukan, misalnya Hegel, Karl Marx, Derrida, Immanual Kant, dan hingga pada pemikiran kontemporer seperti Heidegger dan Gadamer yang akan kita ulas pokok hermeneutikanya. Wasalam (www.irwanteasosial.com).****

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Juni 19, 2015

Sosiologi dalam sudut pandang Max Weber

Max Weber lahir di Jerman pada tahun 1864. Ia belajar ilmu hukum di Universitas Berlin dan Universitas Heidelberg dan pada tahun 1889 menulis disertasi berjudul “a Contribution to the History of Medieval Bussines Organizations”. Setelah menyelelaikan studinya ia mengawali karirnya sebagai dosen ilmu hokum –mula-mula di Universitas Berlin, kemudian di Universitas Freiburg, dan setelah itu di Universitas Heidelberg.

Menjelang akhir masa hidupnya Weber mengajar di Universitas Wina dan Universitas Munich. Selain mengajar ia pun berperan sebagai konsultan dan peneliti, dn semasa Perang dunia I mengabdi di angkatan bersenjata Jerman.

Weber merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif dan menulis sejumlah buku dan makalah. Salah satu bukunya yang terkenal ialah “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” pada tahun 1904. Dalam buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber muncul dan
berkembanganya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung bersamaan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan.

Argumen Weber adalah sebagai berikut: “ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur –sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras”.

Karena umat Kalvinis bekerja keras, antara lain dengan harapan bahwa kemakmuran merupakan tanda baik yang mereka harapkan dapat menuntun merka ke arah Surga, maka mereka pun menjadi makmur. Namun keuntungan yang mereka peroleh melalui kerja keras ini tidak dapat digunakan untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Kalvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.

 Sebagai akibat yang tidak direncanakan dari perangkat ajaran Kalvinisme ini, maka para penganut agama ini menjadi semakin makmur karena keuntungan yang mereka peroleh dari hasil usaha tidak dikonsumsikan melainkan ditanamkam kembali dalam usaha mereka. Melalui cara inilah, menurut Weber, kapitalisme di Eropa Barat bekembang.

Sumbangan Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajianya mengenai konsep-konsep dasar dalam sosiologi. Dalam uraian ini weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosisl. Ini tampak dari definisi berikut ini:

Sociology… is a science which attempts the interpre tive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88)
Arti penting tulisan ini ialah bahwa dikemudian hari tulisan ini menjadi acuan bagi dikembangkanya teori sosiologi yang membahas interaksi sosial. Namun yang perlu juga dikemukakan di sini ialah bahwa pendekatan sosiologi yang diusulkan Weber dalam tulisan ini ternyata tidak menjadi tuntunan baginya untuk melihat masyarakat.

Tulisan-tulisan Weber yang lain –seperti bukunya mengenai Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, mengenai soiologi agama, Mengenai Agama Yahudi, Mengenai Agama India.Mengenai Agama China dan sebagainya tidak difokuskan pada interaksi sosial, melainkan pada masalah-masalah berskala besar dan berjangka panjang yang menyangkut masyarakat serta hubungan antar kelompok dan antar kelas yang terjadi di dalamnya.

Dari uraian singkat ini nampak bahwa salah satu sumbangan penting Weber bagi sosiologi disamping sumbangan pemikiranya berupa usaha menjelaskan proses perubahan jangka panjang yang melanda Eropa Barat- ialah usahanya untuk mendefinisikan dan menjabarkan pokok bahasan sosiologi. Wasalam (www.irwanteasosial.com)..****

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Juni 19, 2015

Teori Evolusi Keluarga J.J. Bachoven

J.J. Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak mempelajari etnografi berbangsa bangsa (Yunani, Romawi, Indian, termasuk juga Asia Afrika). Karya monumentalnya ditulis dengan judul Das Mutterrecht atau ”Hukum Ibu” (1967).

Inti dari teori Evolusi Keluarga dari Bachoven tersebut bahwa ”Seluruh keluarga di seluruh dunia mengalami perkembangan melalaui empat tahap (Koentjaraningrat, 1987: 38-39)., yakni:




1. Tahap Promiskuitas; di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, yang mana laki-laki dan perempuan berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Kelompok-kelompok keluarga inti belum ada pada waktu itu. Keaadaan tersebut merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia.

2. Lambat-laun manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat. Oleh karena itu pada masa ini anak-anak mulai mengenal ibunya belum mengenal ayahnya. Di sinilah peran ibu merangkap sebagai sebagai kepala keluarga atau rumah tangga.

Pada masa ini pula hubungan/perkawinan antara ibu dengan anak dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Pada sistem masyarakat yang makin luas demikian dinamakan sistem matriarchate, di mana garis keturunan ibu sebagai satu-satunya ynng diperhitungkan.

3. Tingkat berikutnya adalah sistem patriarchate, di mana ayah menjadi kepala keluarga. Perubahan dari matriarchate ke partrirchate tersebut setelah kaum pria tidak puas dengan keadaan sosial yang mengedepankan peranan perempuan (ibu). Ia kemudian mengambil calon-calon istri dari kelompok yang bebeda untuk dibawa ke kelompoknya sendiri.

Dengan demikian keturunan yang mereka dapatkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.Kejadian itulah yang secara lambat laun mengubah tradisi matrarchate ke patriarchate.

4. Pada tingkat yang terakhir, di mana terjadi perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (exogami) tetapi bisa juga dari dalam kelompok yang sama (endogami), memungkinkan anak-anak-anak secara langsung mengenal dan banyak berhubungan dengan ibu dan ayahnya. Hal ini lambat laun sistem patriarchate mengalami perubahan / hilang menjadi suatu bentuk keluarga yan dinamakan ”parental”. Wasalam (www.irwanteasosial.com).****


Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Sabtu, Juni 06, 2015

Max Weber Biografi Singkat dan Pemikirannya

Nama lengkapnya Maxilian Weber. Pada usia kelima tahun, weber dan keluarganya pindah dan menetap di Berlin jerman.

Weber berasala dari keluarga menengah ke atas. Keda orang tuanya memliki latar belakang dan kencenndrungan berbeda, dan itu yang membentuk karakter pemikiran Weber.

Ayahnya adalah seorang birokrat yang menempati posisi strategis dalam pemerintahan Sedangkan ibunya adalah seorang Calvinisme saleh.





 Pada usia 18 tahun, Weber meninggalkan rumah untuk sementara waktu dan melanjutkan studinya di Universitas Heidelberg.

Saat perang dunia I, Weber ikut dinas militer. Tahun 1884 kembali kuliah di universitas Berlin. Setelah 8 tahun, lulus, menjadi pengacara dan pengajar di universitas.

 Weber mendapatkan gelar doktor dari Universitas Berlin, menjadi ahli hukum dan salah satu dosen di universitas tersebut. Selain itu, ia juga mendalami bidang ekonomi, sejarah dan sosiologi.

Pada tahun 1896, ketekunannya dalam bekerja menghantarkan dirinya pada posisi profesor ekonomi Universitas Heidelberg. Mengikuti jejak ibunya, Weber menjadi seorang yang asketis dan rajin (baca: pekerja keras).

Seelama hidupnya Max Weber telah banyak menghasilkan karya diantaranya sebagai berikut; 

Die protestantische Ethik und der ‘Geist’ des Kapitalismus/The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Wirtschaft und Gessellschaft/Economy and Society 1920, Gessamelter Aufsatze zur Religionssoziologie/Sociology of Religion 1921, The Theory Social and Economic and Organization, General Economi History, From Max Weber; Essay in Sociology

Tokoh-tokoh yang mempengaruhi Max Weber adalah,

  1. Karl Marx, 
  2. Imanuel Kant, Nietzsche 
  3. Wilhelm Dilthey. 
Banyak teori-teori yang disumbangkannya bagi sosiologi, seperti, teori etika protestan dan kapitalisme, rasionalisasi, tindakan social, birokrasi, sosiologi agama. Wasalam (www.irwanteasosial.com).***

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Selasa, Mei 19, 2015

Tokoh Teladan Margaret Thatcher

Margaret Thatcher adalah wanita pertama yang menjadi perdana menteri Inggris dan PM Pertama yang menjabat selama tiga periode berurut-turut . Ia dijuluki “ wanita besi
” dan memimpin Inggris memenangkan perang Falkland melawan Argentina serta memainkan peran peting dalam kemenangan kapitalisme sebagai sistem yang tetap bertahan hingga akhir abad 20.

Lahir  di Grantham Inggris , 13 Oktober 192 dengan nama Hilda Roberts, terkenal seorang gadis cerdas dan tekun . Bermodal beasiswa ia berhasil masuk ke universitas elit Oford University dan meraih dua gelar dibidang kimia dan hukum,
Margaret Thatcher
Ketertarikannya dalam dunia politik membawanya ke parlemen Inggris pada usia 34 tahun. Ketika partai konservatif menang pemilu tahun 1979, ia diangkat menjadi perdana menteri Inggris.

 Thatcher mengubah sifat antiserikat buruh di pemerintahan Inggris menjadi suara mayoritas dalam parlemen. Ia membuat serangkaian peraturan mengenai perubahan yang mengakhiri konflik masalah buru. Dalam kebijakan ekonomi , Thatcer merancang privatisasi industry nasional.

Perusahaan penerbangan British Air Ways berubah menjadi maskapai penerbangan terbaik dan paling menguntungkn di dunia. British Steel perusahaan baja menjadi perusahaan Negara dan menjadi perusahaan di Eropa. Pemimpin dunia yang secara terbuka memuji kepemimpinan Thatcer adalah presiden Ronald Ragen yang langsung memperaktikan cara Thatcer di Amerika serikat mengenai deregulasi , pemotongan pajak, dan bagi perusahaan-perusahaan .

Persahabatan Thatcer dan Reagen diterapkan dalam kebijakan luar negeri. Tekanan terhadap Uni Soviet dan mendorong  Soviet melakukan reformasi menjadi kuat. Bersama Reagen , ia mendorong Mikhail Gorbachev melanjutkan kebijakan perestoika yang akhirnya  meruntuhkan rasa percaya diri elit Soviet.

Jasa besar Thatcher adalah mendukung dua hal , yaitu pasar bebas dan pikiran bebas. Thatcher, putri seorang pelayan toko telah membuktikan kemauan keras , ide-ide yang jelas, sederhana telah menghantarkan namanya dalam catatan sejarah dunia. Wasalam (www.irwanteasosial.com)..**

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Minggu, April 05, 2015

Karl Mannheim (1893-1947)

Karl  Mannheim (1893-1947)
Karl Mannheim mula-mula adalah seorang guru besar Universitas Fankfurt-am-Main di jerman . Kemudian ia pindah dan menetap di Inggris di mana beliau menjadi guru besar pada Unversitas London.

Mannheim telah banyak menyumbangkan buah pikirannya bagi perkembangan sosiologi. Anatara lain dipeloporinya suatu cabang sosiologi , yang dinamakannya sosiologi pengetahuan, yang khususnya menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Kemudian, teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis.

Akar segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul di semua lapangan kehidupan karena asas laissez faire berdampingan dengan asas-asas yang baru dalam kehidupan ekonomi. Ini berlaku pula bagi lapangan-lapangan kehidupan lainnya.

Pertimbanga-pertimbangan dalam masyarakat berkembang menurut asas yang baru, dan dalam hal ini manusialah yang harus memberi bentuk kepada perimbangan-erimbangan baru tadi. Akan tetapi hal ini manusia gagal melakukannya .Inilah yang menyebabkan krisis.

Menurut Mannheim yang sangat perlu adalah diadakannya suatu planning for freedom, yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu, maupun kelompok manusia, didalam maupun diluar rangka perimbangan-perimbangan tersebut diatas.

Dalam rangka planning for freedom tersebut, Mannheim merintis pembentukan The Internstional Library of Sociology and Social Reconstruction yang bertujuan untuk menelaah (secara ilmiah). Persoalan-persoalan ekonomi dan perencanaan sosial yang merupakan persoalan penting dewasa ini
.
Hasil-hasil karya dari Karl Mannheim yang terkenal adalah antara lain :

  1. Ideology and Utopia (1929)
  2. Man and Society in an Age Of Reconstruction (1940)
  3. Diagonis  of Our Time (1943)


(www.irwanteasosial.com)

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Sabtu, Maret 28, 2015

Tokoh Sosiologi Ferdinand Tonnies

Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaf sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok social. 

Gemeinschaf (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama diama angota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat diumpamakan pada peralatan hidup tubuh manusia atau hewan. Bentukk Gemeinschaft terutama dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerbatan, rukun tetangga dan sebagainya.

Gesellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan berama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana data diumpamakan pada sebuah mesin.

Bentuk Gesellschaft, misalnya, terdapat pada organisasi pedagamg , organisasi suatu pabrik atau dapat pada suatu organisasi industry dan seterusnya.

Hasil karya Ferdinand Tonnies

  1. Gemeinschaft und Gesellschaft (1887). Custom (1909)
  2. Sociological Studies and Criticism ( 3jilid, 1952)
  3. Introduction to Sociology (1937) dan lain-lain.


Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Jumat, Maret 27, 2015

Al-Farabi dan karya-karyanya

Ia adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad  bin Tharkham. Sebuatan al-farabi diambil dari nama tokoh arab , diamana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang wanita Turkestan. Kemudian menjadi perwira tentara Turkestan. Karena itu Al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.

Sejak kecil , al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan Bahasa. Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain adalah Bahasa-bahasa Iran, Turkestan dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal Bahasa Yunani dan Sirani, yaitu Bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.

Setelah besar, al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius . Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.

Pertama datang ke  Baghdad, hanya sedikit saja Bahasa Arab yang telah dikuasainya. Ia sendiri mengatakan bahwa ia belajar ilmu nahwu (tata-bahasa Arab) pada Abubakar as-Sarraj, sebagai imbalan pelajaran logika yang diberikan al-Farabi kepadanya.

Setelah itu Al-Farabi pindah ke Harram salah satu pusat kebudayaan Yunani di Asia Kecl untuk berguru pada Yuhanna bin Jilan. Tetapi tidak lama kemudian ia meninggalkan kota itu untuk kembali ke Baghdad dan untuk mendalami Filsafat sesudah ia menguasai ilmu mantik ( logika). Di Baghdad ia berdiam selama 30 tahun. Selama waktu itu ia memakai waktunya untuk mengarang, memberikan pelajaran, dan mengulas buku-buku filsafat. Muridnya yang terkenal pada masa itu ialah Yahya bin A’dy.

Pada tahun 330 H (941 M) , ia pindah ke Damsyik, dan disini ia mendapat kedudukan yang baik dari Saifudaulah , khalifah dinasti Hamdan di Halab (Aleppo), sehingga ia diajak turut seta dalam suatu pertempuran untuk merebut kota Damsyik, kemudian al-Farabi menetap di kota ini sampai wafatnya pada tahun 337 H )950 M) Pada usia 80 tahun.

Sebagian besar karangan-karangan al-Farai terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Arstoteles , Plato, dan Galenus, dalam bidang-bidang  logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya , namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.

Karangan-karangan nya ialah sebagai Berikut :
  1. Aghradhu ma Ba’da at-Thabi’ah.
  2. Al-Jam’u baina Rayai al-Hakimain
  3. Tahsil as-Sa’adah ( Mencari kebahagiaan)
  4. Uyun ul-Masail  (Pokok-pokok persoalan)
  5. Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadilah (pikiran-pikiran penduduk kota  utama negeri utama).
  6. Ih-sha’u al-Ulum (statistic ilmu)


Dalam buku terakhir ini al-farabi membicarakan macam-macam ilmu da bagian-bagiannya, diantaranya ilmu-ilmu bahasa (ilm al-lisan), ilmu mantik, ilmu matematika (at-ta-alim), ilmu fisika (al-ilm at-tabi'i), ilmu ketuhanan (al-ilm al-Ilahi), ilmu kekotaan (politik; al-ilm-Madani), ilmu fiqh (ilm al-fiqh), dan ilmu-ilmu kalam. Wasalam (http://irwanteasosial.blogspot.com)




Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Kamis, Maret 05, 2015

Pemikiran Auguste Comte

Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. 

Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di École Polytechnique di Paris. École Polytechnique saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1816, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.



Auguste Comte merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan logos) Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah yang menjadi objek sosiologi , dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan sosial dynamics.

Sebagai social statistic , sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik anatar lembaga-lembaga kemasyarakatan.  Sementara social dynamics meneropong bagaimana lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan pikiran manusia, yaitu dianataranya sebagai berikut.

Tahap teologis 
 tahap ini merupakan tingkat pemikiran manusia yang beranggapan semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada diatas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan  bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dan gejala-gejala 

Tahap Metafisik
pada tahap ini manusia percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada diatas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.

Tahap positif
Pada tahap ini menurut comte merupakan dimana tahap manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.

       
Menurut comte , masyarakat harus diteliti atas fakta-fakta objektif dan juga menenkankan pentingnya penelitian penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang berlainan. 

Berikut ini adalah hasil karya-karya Comte
  1.  The scientific Labors Neccessary of The Reorganization of Society (1822)
  2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840)
  3. Subjective Synthesis (1820-1930).

Posted by Irwantea Sosial
Irwantea Sosial Updated at: Sabtu, Februari 14, 2015
jurnalisme warga

 
Romeltea Media