Ideologi jurnalistik koran kuning adalah sex and crime journalism, dikenal juga dengan sebutan Yellow Journalism, Yellow Papers, dan Gutter Journalism (Jurnalisme Got).
Pengertian Jurnalisme Kuning (Yellow Journalism)
Jurnalisme kuning, atau koran kuning, adalah jenis jurnalisme dengan judul-judul berita yang bombastis, tetapi setelah dibaca isinya tidak substansial. Jurnalisme kuning adalah jurnalisme pemburukan makna. Ini disebabkan karena orientasi pembuatannya lebih menekankan pada berita-berita sensasional dari pada substansi isinya
Kamus Bahasa Indonesia mengartikan koran kuning sebagai surat kabar yang sering kali membuat berita sensasi.
Menurut Ensiklopedia Pers Indonesia (EPI), Yellow Papers (Koran Kuning) adalah suratkabar yang isinya lebih banyak sensasi, rumor, dan hal-hal yang tidak berkaitan dengan upaya pencerdasan manusia dan merupakan sebuah paradigma yang lahir pada zaman industri modern di mana telah ditemukan mesin cetak super canggih yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya dunia hiburan.
Menurut Shirley Biagi dalam Media Impact: An Introduction to Mass Media (2011), istilah yellow journalism (koran kuning) dewasa ini digunakan untuk menggambarkan jurnalisme atau media yang memperlakukan berita secara tidak profesional dan tidak etis.
Disebut pers kuning karena penyajian jenis pers ini banyak mengeksploitasi warna. Segala macam warna ditampilkan untuk mengundang perhatian pembaca maupun orang yang kebetulan lewat dan melihat media cetak pers kuning. Penataan judul artikel pers kuning sering tak beraturan dan tumpang tindih. Layout apapun bisa dipakai oleh pers kuning sehingga kreatifitas desainer semakin terasah.
Pernahkah anda membaca judul berita yang bombastis macam "Bikin Merinding! Presenter TV "Meninggal Tragis di Depan Ribuan Penonton - "Heboh Pria Bernama Tuhan: MUI Minta KTP-nya Ditarik" Mengejutkan, Guru Cantik Mengaku Menikahi Yesus Kristus "Menyedihkan.. Presenter Ini Meninggal Saat Live di TV "Astaga, Ternyata Ini yang Bikin Risty Tagor Pisah Ranjang, Menyedihkan "
Di antara judul-judul di atas, peristiwa ditulis secara hiperbola atau dilebih-lebihkan. Sebuah kasus dibuat semenarik mungkin sehingga menimbulkan kesan. Entah itu kesan angker, seram, sadis, dan sebagainya.
Kemunculan Jurnalisme Kuning (Yellow Journalism)
Praktik jurnalisme kuning muncul pada tahun 1800-an. Kemunculannya ditandai dengan “pertempuran headline” antara dua koran besar di kota New York, Amerika Serikat. Koran yang terlibat antara lain New York World milik Joseph Pulitzer dan New York Journal milik William Randolf Hearst. Persaingan ketat itu terjadi selama tiga tahun, sejak tahun 1895 hingga tahun 1898. Kedua surat kabar tersebut dituduh telah menyebarkan berita sensasional untuk mendongkrak sirkulasi.
Sementara itu, istilah jurnalisme kuning sendiri diberikan oleh The New York Press pada awal tahun 1987. Alasan penjulukkan jurnalisme kuning oleh The New York Press terhadap koran milik Pulitzer dan Hearst memang belum jelas. The New York Press hanya mengucapkan “Kita menyebut mereka kuning karena mereka kuning (warnanya).